Tugas Etika Bisnis
Softskill
Nama : Anak Agung Istri Cyntia
Kusuma Dewi
NPM : 10211686
Kelas : 4EA27
I. PENGERTIAN ETIKA BISNIS
Etika Bisnis merupakan cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan
dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat.
II. INDIKATOR ETIKA BISNIS
Dari berbagai pandangan tentang
etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai untuk menyatakan apakah
seseorang dan suatu perusahaan telah melaksanakan etika bisnis dalam kegiatan
usahanya antara lain adalah: Indikator ekonomi; indikator peraturan khusus yang
berlaku; indikator hukum; indikator ajaran agama; indikator budaya dan
indikator etik dari masing-masing pelaku bisnis.
1. Indikator Etika bisnis menurut
ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah melakukan pengelolaan
sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien tanpa merugikan
masyarakat lain.
2. Indikator etika bisnis menurut
peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan
indikator ini seseorang pelaku
bisnis dikatakan beretika dalam
bisnisnya apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus
yang telah disepakati sebelumnya.
3. Indikator etika bisnis menurut
hukum. Berdasarkan indikator hokum seseorang atau suatu perusahaan dikatakan
telah melaksanakan etika bisnis
apabila seseorang pelaku bisnis
atau suatu perusahaan telah
mematuhi segala norma
hukum yang berlaku
dalam menjalankan kegiatan
bisnisnya.
4. Indikator etika
berdasarkan ajaran agama.
Pelaku bisnis dianggap beretika bilamana
dalam pelaksanaan bisnisnya
senantiasa merujuk kepada nilai-
nilai ajaran agama yang dianutnya.
5. Indikator etika berdasarkan
nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara individu maupun
kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-nilai
budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah
dan suatu bangsa.
6. Indikator etika bisnis menurut masing-masing
individu adalah apabila masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak
mengorbankan integritas pribadinya.
III. PRINSIP ETIKA DALAM BERBISNIS
Secara umum, prinsip-prinsip yang
dipakai dalam bisnis tidak akan pernah lepas dari kehidupan keseharian kita.
Namun prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya adalah
implementasi dari prinsip etika pada umumnya.
1. Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar
sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya dalam dunia bisnis. la akan sadar
dengan tidak begitu saja mengikuti saja norma dan nilai moral yang ada, namun
juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena semuanya
sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak. Dalam kaitan ini salah
satu contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap para pelanggan,
diantaranya adalah:
(1) Memberikan produk dan jasa dengan kualitas
yang terbaik dan sesuai dengan tuntutan mereka;
(2) Memperlakukan pelanggan secara adil dalam
semua transaksi, termasuk pelayanan yang tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan
mereka;
(3) Membuat setiap usaha menjamin mengenai
kesehatan dan keselamatan pelanggan, demikian juga kualitas Iingkungan mereka,
akan dijaga kelangsungannyadan ditingkatkan terhadap produk dan
jasa perusahaan;
(4) Perusahaan harus menghormati martabat
manusia dalam menawarkan, memasarkan dan mengiklankan produk.
Untuk bertindak otonom,
diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
keputusan yang menurutnya terbaik. karena kebebasan adalah unsur hakiki dari
prinsip otonomi ini. Dalam etika, kebebasan adalah prasyarat utama untuk
bertindak secara etis, walaupun kebebasan belum menjamin bahwa seseorang
bertindak secara otonom dan etis. Unsur lainnya dari prinsip otonomi adalah
tanggungjawab, karena selain sadar akan kewajibannya dan bebas dalam mengambil
keputusan dan tindakan berdasarkan apa yang dianggap baik, otonom juga harus
bisa mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya (di sinilah dimung-kinkan
adanya pertimbangan moral). Kesediaan bertanggungjawab merupakan ciri khas dari
makhluk bermoral, dan tanggungjawab disini adalah tanggung jawab pada diri kita
sendiri dan juga tentunya pada stakeholder
.
2. Prinsip Kejujuran
Bisnis tidak akan bertahan lama
jika tidak ada kejujuran, karena kejujuran merupakan modal utama untuk
memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya, baik berupa kepercayaan
komersial, material, maupun moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan
kebenaran. Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang berkaitan dengan
kejujuran:
1. Kejujuran relevan dalam pemenuhan
syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku bisnis disini secara a priori saling
percaya satu sama lain, bahwa masing-masing pihak jujur melaksanakan janjinya.
Karena jika salah satu pihak melanggar, maka tidak mungkin lagi pihak yang
dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan tahu dan
tentunya malas berbisnis dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
2. Kejujuran relevan dengan penawaran barang
dan jasa dengan mutu dan harga yang baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip
pokok dalam berbisnis. Karena jika ada konsumen yang merasa tertipu, tentunya
hal tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen tersebut beralih ke
produk lain.
3. Kejujuran relevan dalam hubungan kerja
intern dalam suatu perusahaan yaitu
antara pemberi kerja
dan pekerja, dan berkait dengan
kepercayaan. Perusahaan akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya
tidak terjaga.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap
orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan kriteria yang
rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan berarti tidak ada
pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Salah satu teori mengenai keadilan
yang dikemukakan oleh Aristoteles adalah:
1. Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan
antara individu atau kelompok masyarakat
dengan negara. Semua pihak
dijamin untuk mendapat perlakuan yangsama sesuai dengan hukum yang berlaku.
Secara khusus dalam bidang bisnis, keadilan legal menuntut agar Negara bersikap netral dalam memperlakukan
semua pelaku ekonomi, negara menjamin kegiatan bisnis yang sehat dan baik
dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku secara sama bagi semua
pelaku bisnis.
2. Keadilan komunitatif. Keadilan ini
mengatur hubungan yang adil antara orang yang satu dan yang lain. Keadilan ini
menyangkut hubungan vertikal antara negara dan warga negara, dan hubungan
horizontal antar warga negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku sebagai
kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang
terlibat.
3. Keadilan distributif. Atau disebut juga
keadilan ekonomi, yaitu distribusi ekonomi yang merata atau dianggap adil bagi
semua warga negara. Dalam dunia bisnis keadilan ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama
sesuai dengan aturan dan ketentuan
dalam perusahaan yang juga adil dan baik.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar semua
pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Dalam dunia bisnis,
prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah bisa melahirkan suatu win-win
situation.
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menyarankan dalam
berbisnis selayaknya dijalankan dengan tetap menjaga nama baiknya dan nama baik
perusahaan.
Dari kelima prinsip yang tentulah
dipaparkan di atas, menurut Adam Smith, prinsip keadilanlah yang merupakan
prinsip yang paling penting dalam berbisnis. Prinsip ini menjadi dasardan jiwa
dari semua aturan bisnis, walaupun prinsip lainnya juga tidak akan terabaikan.
Karena menurut Adam Smith, dalam prinsip keadilan khususnya keadilan komutatif
berupa no harm, bahwa sampai tingkat tertentu, prinsip ini telah mengandung
semua prinsip etika bisnis lainnya. Karena orang yang jujur tidak akan
merugikan orang lain, orang yang mau saling menguntungkan dengan pibak Iain,
dan bertanggungjawab untuk tidak merugikan orang lain tanpa alasan yang
diterima dan masuk akal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar